Jakarta, 13 Oktober 2021 —– JYK yang merupakan label fesyen berbasis di Jakarta, Indonesia meluncurkan debut koleksi dalam fashion show di Milan Fashion Week pada tanggal 21 September 2021 di Palazzo Visconti di Modrone, Milan, Italia. Dengan mengangkat tema “Revolutionary Hope”, koleksi Spring-Summer 2022 yang terdiri dari 10 look ini terinspirasi dari gaya Punk era 70-an yang dipadukan untuk pertama kalinya dengan kain tradisional batik.
“Mengapa kami memilih Milan? Milan sebagai kota mode dunia bagai rumah kedua bagi saya. Setidaknya saya telah memiliki networking dan menguasai medannya. Saya sering dengar istilah “All the most beautiful woman in the world came to Milan”, baik karena culture, culinary, atau fashion-nya. Milan sangat terbuka dengan budaya Indonesia, termasuk batik. Kami yakin dapat lebih optimal mempromosikan Indonesian heritage di pasar global melalui kota ini, termasuk keindahan batik Indonesia,” papar Jenny Yohana Kansil sebagai desainer label JYK.
Tema “Revolusioner Hope” dimaknai sebagai suatu harapan dengan menyesuaikan diri terhadap perubahan dalam hidup. Koleksi ini adalah ekspresi bangkit dari pandemi global Covid-19 dengan melakukan perubahan yang signifikan dan membuat harapan baru; sekaligus menciptakan lingkungan yang lebih baik untuk semua makhluk hidup.
Dalam koleksi ini, harapan diwakili oleh motif lingkaran atau bentuk bulat dan juga dalam teknik pola. Bentuk lingkaran berarti perlindungan yang utuh. Jika kita memiliki harapan, kita akan memiliki pikiran yang positif dan hati yang bahagia.
Terinspirasi oleh filosofi batik motif durian, koleksi perdana JYK ini mengekspos keunikan kreasi motif buah durian dan bunganya yang menjadi hak paten dari Batik Lubuklinggau, batik tulis modern yang dibuat oleh Yetty Oktarina Prana yang biasa disapa Rina Prana, Istri Walikota Kota Lubuklinggau di Sumatera Selatan. Kota Lubuklinggau dikenal sebagai penghasil buah durian yang unggul.
Durian disebut Raja Buah yang berbentuk bulat dengan kulit yang keras dan runcing menyerupai duri, namun di balik itu memiliki isi yang lembut dan manis. Bentuk durian itulah yang sejalan dengan inspirasi Punk dan filosofi bahwa koleksi ini mewakili harapan pandemi akan berakhir semanis durian yang matang.
Dengan tujuan untuk masa depan mode yang lebih baik dan mendukung gerakan global sustainable fashion, JYK berkomitmen menggunakan kain alami yang berkelanjutan seperti sutra mentah, sutra organza, katun, dan kulit vegan yang terbuat dari limbah kopi dan sayuran. Begitu pula dengan batik yang digunakan terbuat dari bahan katun dan sutra dengan teknik pewarnaan ramah lingkungan, menggunakan buah pinang, limbah jengkol, dan daun mangga.
Sejak menciptakan Batik Durian Lubuklinggau pada tahun 2013, Rina Prana selaku Ketua Tim Penggerak PKK dan Ketua Dekranasda Lubuklinggau berkomitmen melakukan pengembangan motif dan warna batiknya, termasuk mempromosikan ke tingkat nasional dan internasional.
“Dengan memperkenalkan Batik Durian Lubuklinggau ke masyarakat luas turut mendukung kampanye Ayo Nyelong ke Lubuklinggau 23.3.23 yang dicanangkan oleh Pemerintah Kota Lubuklinggau untuk meningkatkan sektor pariwisata setempat pasca pandemi. Bahkan kami telah mendaftarkan Batik Durian Lubuklinggau ke HAKI dengan maksud agar Batik Durian Lubuklinggau dapat bebas berkembang, bisa dibuat oleh siapa saja, dijual oleh siapa saja sebagai hasil kerajinan dari Kota Lubuklinggau. Dengan memperkenalkan Batik Durian Lubuklinggau sekaligus mempromosikan Kota Lubuklinggau sebagai kota durian,” papar Rina Prana.
Usai Batik Durian Lubuklinggau ikut serta dalam Fashion Week di Milan dan mendapatkan apresiasi yang begitu positif, Rina Prana menyakini Batik Durian Lubuklinggau telah siap menuju babak berikutnya untuk menebus pasar mancanegara. “Suatu kebanggaan bagi masyarakat Lubuklinggau bahwa batik khas daerah kami dapat tampil di ajang internasional. Semoga ini menjadi awal yang baik bagi pengrajin batik dan UMKM batik di Lubuklinggau,” imbuh Rina Prana.
Partisipasi JYK yang berkolaborasi dengan Batik Lubuklinggau ini merupakan kegiatan diplomasi batik Indonesia yang turut didukung oleh KBRI Roma. Jenny Yohana Kansil yang merupakan alumni Istituto di Moda Burgo Milan yang kemudian dipercaya membuka Istituto di Moda Burgo Indonesia di Jakarta, mendapatkan dukungan pula dari sekolah fesyen ternama Italia tersebut.
Kegiatan JYK di Milan Fashion Week ini merupakan bagian dari peringatan 10 Tahun Istituto di Moda Burgo Indonesia. Diharapkan ini dapat menjadi inspirasi bagi desainer muda Indonesia termasuk siswa dan alumni sekolah mode ini untuk menampilkan koleksi dengan wastra Indonesia di panggung pekan mode dunia sebagai etalase untuk ekspansi ke pasar internasional, seperti tagline “Istituto di Moda Burgo Indonesia: A Runway to The World”.
“Melalui Milan Fashion Week, kami tak sekadar menampilkan koleksi, namun sekaligus memperluas networking dengan banyak pihak di sana untuk membuka peluang dan akses kerjasama ke depannya yang dapat dimanfaatkan oleh para siswa dan alumni IMB Indonesia. Biaya yang dibutuhkan pun relatif terjangkau, tidak sebesar seperti anggapan awam selama ini, dan yang terpenting dapat memberikan impact dan value yang sangat besar,” ungkap Jenny Yohana Kansil.
Tentang JYK
JYK adalah label busana wanita siap pakai dengan DNA yang mengambil inspirasi dari warisan tradisional Indonesia yang otentik dan menerapkan konsep sustainable dan ethical fashion. Label ini merupakan kaleidoskop gerakan budaya anak muda yang berani, penuh energi, dan memberikan inovasi dan terobosan baru.
JYK adalah singkatan dari Jenny Yohana Kansil sebagai desainer label ini. Jenny adalah alumni dari beberapa sekolah mode bergengsi di Italia dan London. Sebagai Alumni Istituto di Moda Burgo, Jenny dipercaya untuk membuka Istituto di Moda Burgo di Indonesia. Dengan berbagai pengalaman yang unik di bidang Keuangan, Psikologi, dan Fashion, Jenny adalah seorang ibu, desainer, pebisnis, dan pendidik.